Article Detail

Hasil PISA dan Tujuan Pendidikan Kita Sesuai UU 20 thn. 2003

Hasil PISA dan Tujuan Pendidikan Kita Sesuai UU 20 thn. 2003

pisa

Dua hari ini para praktisi maupun pengamat pendidikan banyak membicarakan tentang hasil Programme for International Student Assessment (PISA) 2012 yang diumumkan Rabu (4/12) yang lalu. Asesmen internasional tersebut diadakan oleh Organisation fo Economic C0-operation and Divelopment ( OECD) itu menempatkan Indonesia di urutan ke 2 dari bawah yaitu urutan 64 dari 65 negera yang disurvey.

 

Survey yang diadakan bagi 34 negara anggota OECD dan 33 negera mitra tersebut mengukur kecakapan siswa berusia 15 tahun dalam mengimplementasikan pengetahuan yang dimilikinya  untuk menyelesaikan masalah – masalah di kehidupan nyata. Tiga bidang yang diujikan, yaitu matematika, sains dan membaca. Memang tidak hanya Indonesia saja yang mengejutkan, sebab negara – negara maju yang selama ini dikenal mempunyai sistem pendidikan yang baik, kali ini berada di bawah negara – negara Asia yang tahun ini mendominasi sepuluh besar.  Sebut saja Finlandia yang sudah terkenal mempunyai sistem pendidikan terbaik di dunia, hanya mampu berada di peringkat 12, sementara Amerika Serikat dan Inggris berada di peringkat 36 dan 26. Hasil terbaik tahun ini diraih oleh Shanghai disusul berturut – turut di belakangnya Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, Makau, Jepang, Liechtenstein, Swiss dan Belanda.

 

Melihat hasil asesment berskala internasional ini, berbagai pihak  berharap, pemerintah dapat memanfaatkan secara tepat. Seperti yang disuarakan oleh Elin Driana, dosen Universitas Mohammadiyah Prof. Dr. Hamka Jakarta, berharap pemerintah bersama  semua pemangku kepentingan harus memperbaiki kualitas pembelajaran dan penilaian di ruang kelas  (kompas 6/12). Sementara Guru Besar Matematika Institut Teknologi Bandung Iwan Pranoto, mengajak kita tidak fokus melihat rankingnya yang memang sudah kita ketahui kita akan lemah hasilnya. Tetapi mengajak mencermati lebih dalam tentang kemampuan dan kelemahan anak – anak Indonesia sehingga bisa disusun strategi untuk penguatannya dalam pembelajaran. Ia juga menyarankan Balitbang Kemdikbud bisa memanfaatkan hasil asesment ini dengan sebaik – baiknya. (kopertis12.co.id).

 

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan  yang paling berkepentingan pun turut buka suara, melalui Kepala Pusat Informasi dan Humas, Ibnu Hamad, pihak Kemdikbud sedikit melakukan pembelaan bahwa pembelajaran Matematika kita berbeda dengan soal – soal PISA. Namun Ibnu juga mengakui bahwa siswa kita baru bisa menyelesaikan soal – soal matematika yang mudah bahkan sangat mudah.  Masih menurut Ibnu kurikulum 2013 harapannya dapat menjawab kelemahan ini sebab pada kurikulum 2013 ada perubahan standar isi dan standar proses.

 

 Tujuan Utama Pendidikan Kita Beda.

Seharusnya kita memang tidak perlu kaget dengan hasil itu. Yang kaget bisa jadi lupa akan tujuan pendidikan kita sesuai yang diamanatkan oleh undang – undang yaitu  Undang – Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003.  Pada pasal 3 jelas ditulis ‘bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Itu yang pertama baru disusul yang lainnya. Berakhlak Mulia, sehat, dst.  Rumusan itu dikuatkan di bagian keempat tentang hak dan kewajiban peserta didik terutama pasal 12.

Kurikulum 2013 yang menurut Kepala Pusat Informasi dan Humas Kemdikbud diharapkan mampu menjawab kelemahan para siswa tentu belum terbukti. Selain belum dilaksanakan secara penuh, kurikulum baru  ini tentu tidak bisa melenceng dari amanat Undang – Undang. Kurikulum tentu  harus sejalan dengan Undang – Undang. Dan kita bisa melihat itu  pada buku – buku yang diterbitkan berdasar kurikulum 2013. Pada setiap buku itu kompetensi Inti urutan nomor 1 selalu tertulis menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. Sementara pada Kompetensi Dasar  yang pertama Bertambah keimanannya dengan … .dst.Tentang apa kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar, penjelasannya panjang lebar dan ‘indah’. Kita bisa melihat kompetensi itulah yang akan menjadi arah utama.  Memang penjelasan panjang lebarnya akhirnya menyasar kemana – mana dan terlihat indah dan masuk akal. Tetapi yang tertulis/tersurat sebagai pokok tentu lebih utama.

Maka memang sebaiknya kita tak memperdebatkan hasil PISA, karena arah pendidikan kita memang beda. Beda arah dan beda jalur. Tidak akan nyambung. Kitapun  tak perlu berkecil hati karena berada di peringkat 64 dari 65 negara yang disurvey. Bisa juga tahun – tahun berikutnya kita tak perlu ikut jika yang diuji bidang – bidang itu. Kita baru ikut jika yang akan diukur tentang keberimanan dan ketaqwaan siswa. Karena itu yang sejalan dan searah yang membuat kita bisa bersaing.  Bisa jadi kita akan menjadi yang terbaik. Jadi … gak perlulah kita ribut dan galau oleh hasil PISA tersebut. Toh tujuan pendidikan kita berbeda!

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment