Article Detail

Pengembangan Profesi sebagai Pendidik

PENGEMBANGAN PROFESI SEBAGAI PENDIDIK

I. PENDAHULUAN
Dari tahun ke tahun, pendidikan di Indonesia selalu menngalami perubahan-perubahan. Perubahan itu membuat para tokoh pendidik, pendidik, orang tua murid, dan juga siswa mengalami kebingungan yang berlebihan.Namun dalam hal ini pemerintah, khususnya Kementerian Pendidikan Nasional tidak tanggap.Bahkan semata-mata menutup telinga dan menutup mata adanya perubahan tersebut. Inilah yang membuat para pendidik untuk tidak tinggal diam.Mengapa demikian? Karena para pendidik masih mendidik siswa dengan penuh ikhlas dan dedikasi yang sangat tinggi. Para pendidik demikianlah yang harus mendapatkan sustau penghargaan. Bagi guru-guru sekolah negri, hal itu tidak menjadikan mereka merasa kebingungan atau pusing. Namun lain dengan para pendidik sekolah swasta, perubahan itu merupakan hal yang sangat harus dibicarakan dan dicari negative dan positifnya.
Dengan demikian para pendidik harus mengambil jalan pintas demi menghilangkan kebingungan , dan khususnya para siswa. Dan yang penting tidak meninggalkan Kurikulum dan tidak meninggalan tujuan Negara Indonesia , yaitu mencerdasaskan kehidupan bangsa.

II. INTI
1. Budi Pekerti yang sudah mulai ditinggalkan oleh Kurikilum
Tahun 1977, masyarakat Indonesia masih sangat kental dan akrab dengan adanya tingkah laku yang sopan, peduli yang tinggi dan rasa social yang sangat tinggi.Dan masih mempunyai rasa kemanusiaan yang luhur. Namun pada tahun 2008, hal tersebut sudah ditinggalkan oleh masyarakat.Sebelum Indonesia mendeka 17 Agustus 1945, rakyat Indonesia masih banyak yang berjuang atas daerahnya sendiri-sendiri, sehingga tujuan suatu Negara sangat sulit untuk diwujudkan.Hal ini karena masa penjajahan yang sungguh-sungguh membuat rakyat Indonesia mengalami kebodohan. Dari sinilah bangsa Indoneia merasakan kegagalan dalam pendidikan. Padahal sebelum merdeka ada beberapa tokoh pemndidikan yang sangat luar biasa, diantaranya adalah Ki Hajar Dewantara, Kyai Haji Ahmad Dahlan, dan R.A.kartini. Semua tokoh ini mempunyai kepedulian yang sangat besar kepada pendidikan bangsa Indonesia.
Pada masa itu tingkah laku bangsa Indonesia, khususnya anak-anak sangat baik, peduli pada orang lain dan lingkungan, setia pada agama, turut pada orang tua, setia pada bangsa. Jaman selalu berkembang, dan pasti pendidikan juga mengalami perkembangan.Seiring dengan adanya perkembangan jaman, budaya asing masuk dan diserap oleh masyarakat. Sehingga pendidikan yang baru saja mengalami perubahan untuk baik, sudah harus mengalami perubahan yang lain. Itulah kebingunagan yang selalu ada di pendidikan Indonesia. Pendidikan Nasional sangat pusing, karena perubahan belum sampai di seluruh darah, sudah harus mengalami perubahan lagi. Yang sangat menjolok adalah adanya perubahan tingkah laku anak-anak yang masih belajar. Guru di sini mengalami kesulitan dalam menerima sikap anak-anak tersebut. Guru kadang hanya bias menyalahkan terhadap kedua orang tuanya. Bahkan kadang juga menyaklahkan lingkungan masyarakat Masyarakat di sini sangat berpengaruh besar terhadap adanya perubahan tingkah laku anak-anak.
Isi dari kurikulum yang selalu berubah untuk setiap ganti menteri pendidikan merupakan salah satu factor penentu kegagalan anak dalam mengamalkan tingkah laku yang baik. Tahun 1980, di dalam kurikilum masih terdapat mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila ( PMP ). Mata pelajaran itu mengandung nilai-nilai Pnacasila yang diterapakn dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Hal ini membuat anak-anak yang menerima pelajaran ini selalu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian anak-anak tidak salah kalau masih mempunyai sikap sopan dan sikap berbudi luhur.Mengapa kurikilum menghilangkan pelajaran Budi Pekerti.Padahal pelajaran itu sangat besar pengaruhnya bagi kehidupan anak-anak di dalam bersosialisasi terhadap orang lain. Sila dalam Pancasila mempunyai 36 butir. Butir itu merupakan nilai kehidupan bagi masyarakat Indonesia. Kapan bangsa Indonesia akan berubah seperti pada saat masyarakat selalu memegang teguh nilai-nilai Pancasila? Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang harus dijawab oleh para pendidik, khususnya pendidik anak-anak usia pendidikan dasar.
2. Tugas pendidik untuk mengembalikan budi pekerti pada dunia anak-anak.
Setiap pendidik mempunyai kepedulian terhadap bangsa dan Negara yang berbeda-beda. Ini dilihat dari adanya hasil perilaku anak-anak di dalam sekolah, di rumah dan di masayarakat. Banyak pendidik yang mencari solusi demi mengembalikan sikap dan perilaku yang baik bagi anak-anak. Dengan tidak adanya kurikilum budi pekerti , atau pelajaran moral secara khusus, banyak pendidik yang memutar otak untuk masalah tersebut. Diantaranya adalah :
a. Memasukkan setiap moral atau sikap baik di dalam materi pelajaran.
b. Membiasakan sikap baik dan sopan terhadap orang lain di dalam kelas.
c. Bercerita dengan tema sikap dan perilaku para tokoh yang baik.
d. Menyelipkan sikap dan tingkah laku baik di dalam setiap kegiatan.
e. Menegur secara tegas dank eras kepada anak yang berbuat tidak sopan atau tidak baik.
f. Mengkomunikasikan kepada orang tua murid tentang kelakuana anak selama di sekolah.
g. Memberikan penilaian sikap dan tingkah laku dalam setiap pelajaran yang dituangkan dalam rapor.
h. Mendampingi siswa secara berkesinambungan.
Bukan hanya para pendidik yang bekerja keras untuk mengembalikan sikap dan moral anak, namun pemerintah juga melaksanakan, diantaranya melalu media-media, yaitu tayangan televisi, majalah, buku cerita, spanduk-spanduk, poster di setiap sekolah, poster di lingkungan ( RT, RW, Posyandu ). Sebagai contoh tayangan televise, banyak tema dari sinetron, film ataupun drama sangat menonjolkan tema sikap dan moral yang baik. Kelihatannya para sutradara memaksakan tema sikap dan moral baik dalam tayangan tersebut.
Para pendidik bukan hanya melalui proses pembelajaran untuk mengembalikan budi pekerti, namum dituntut juga mengembangkan diri demi mengikuti perkembangan jaman yang sangat begitu cepat dan instan ini, melalui beberapa cara dan media. Antara lain :
a. Mengikuti seminar tentang budi pekerti.
b. Mengikuti seminar bimbingan terhadap anak.
c. Mengikuti pelatihan terhadap ilmu-ilmu penunjang pembelajaran.
d. Menulis tentang buku yang bertema budi pekerti.
e. Retret ( perenungan terhadap sikap-sikap para pendidik selama menjadi guru ).
f. Memperdalam ilmu Psikologi perkembangan Anak.

Yang paling penting adalah memberikan tindakan nyata atau memberikan contoh nyata dalam bertindak dan bertingkah laku sebagai pendidik. Diantaranya saat berada di dalam kegiatan belajar mengajar baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Saat pelajaran ekstrakurikuler, saat istirahat, saat datang di sekolah dan saat pulang sekolah. Perbuatan dan tingkah laku seorang pendidik merupakan tolok ukur keberhasilan tingkah laku siswa. Pendidik bukan hanya sebagai contoh tetapi memberikan contoh.
Tokoh pendidikan yang sangat peduli dengan siswa adalah Ki Hajar Dewantara. Ia bukan hanya memdidik agar siswa pandai, namun juga mendidik agar siswa mempunyai sikap dan perilaku sopan dan penuh dengan etika atau budi pekerti yang baik dan luhur. “Ing ngarso sung tulodo “, Ing madya mangun karso “, Tut wuri handayani “. Kalimat tersebut mempunyai makna yang sangat luar biasa. Seorang pendidik yang menerapkan atau mengamalkan kalimat tersebut pasti akan menjadikan sikap dan perilaku anak didiknya menjadi baik. Baik kalau seorang pendidik mulai melirik kembali semboyan yang di cetuskan oleh Ki Hajar Dewantara, dan juga mengamalkannya dalam pembelajaran dan dalam hidup seharari-hari. Dalam pembelajaran seorang pendidik wajib menyelipkan sikap-sikap yang berbau sikap sopan santun atau sikap perilaku yang baik.

Hilangnya sikap dan perilaku siswa, membuat prihatin bagi para pendidik dan bagi para orang tua. Kadang sekolah menyalahkan pendidikan in formal, kadang pendidikan in formal menyalahkan pendidikan formal dan kedua pendidikan itu menyalahkan pendidikan non formal. Ini terjadi karena sudah menurunnya bahkan hilangnya sikap dan perilaku yang baik. Tarakanita merupakan sekolah katolik yang mempunyai tiga hal penting. Pertama : Mendidik siswa cerdas. Dua : Mendidik siswa berbudi luhur. Ketiga : Mendidik siswa peduli social. Ketiga hal itu saling bermakna dan saling berkaitan. Dengan contoh bahwa kecerdasan belum tentu menjadikan sikap dan perilaku baik, namun sikap dan perilaku baik akan membuat cerdas. Begitu pula Peduli belum tentu menjadikan siswa berperilaku baik, namun perilaku baik akan menjadikan peduli berkembang. Jadi berbudi luhur membuat semua akan berjalan baik dan sukses.
Berkembangya beberapa sekolah yang menawarkan berbagai fasilitas dan kemurahan dalam biaya, membuat beberapa sekolah yang sudah berdiri lama akan berlomba membenai dalam segala bidang. Baik bidang kurikulum, bidang olahraga, bidang seni dan yang paling penting adalah bidang budi pekerti. Jelas bahwa budi pekerti mempunyai prioritas pertama. Ini dapat dibuktikan kalau siswa dalam sekolah tersebut merasa kehilangan etika sopan santun. Orang tua siswa yang mayoritas bekerja sampai larut malam, cenderung memasukkna anaknya ke sekolah yang menonjolkan budi pekerti. Mereka merasa tidak bisa atau tidak ada kesempatan untuk mendidik anaknya dalam waktu yang lama. Orang tua berangkat kerja, anak masih tidur, orang tua pulang kerja anak sudah tidur. Hal inilah yang membuat orang tua merasa tidak bisa memasukkan sikap-sikap atau perilaku yang seharusnya di terima oleh anaknya. Saya nyakin sekolah Tarakanita sudah mulai membenai masalah tersebut. Orang tua akan mengetahui keadaan sekolah melalui sikap dan perilaku anaknya selama di rumah atau saat bersama dengan orang tuanya. Di sinilah peran guru dalam mengembalikan dan selalu sebagai contoh dalam berperilaku baik.

III. Penutup
Seorang guru siap mendapat gelar guru galak, guru ketat, guru killer.

Penulis
Petrus Supriyana, S.Pd
Guru PKT SMA Tarakanita Gading Serpong

(www.targadscommunity.com)

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment