Article Detail
Cerita dari Buniayu (2) – Para Pencari Cinta
Cerita
dari Buniayu (2) – Para Pencari Cinta
Cinta
jika berjodoh dengan perjumpaan, lahirlah kegembiraan, kebahagiaan dan sukacita.
Tetapi jika Cinta berjodoh dengan perpisahan dan kehilangan, maka lahirlah
kepedihan, air mata, dan duka cita.
Pendemi
telah menjodohkan banyak cinta dengan perpisahan dan kehilangan. Maka banyak
keluarga yang mengalami kepedihan dan duka cita.
Terlebih
banyak perpisahan dan kehilangan dengan cara yang menyakitkan. Tak pernah bisa mendengar
rintih sakitnya juga keluhan yang diarasakan, tidak bisa mendampingi saat sang
mempelai kematian datang menjemput, tak
bisa melihat apalagi merawat jenazahnya
untuk terakhir kali, bahkan pusaranya pun belum ada yang belum tahu di
mana letak pastinya.
Sebagai
orang katolik, banyak di antara mereka juga tak bisa mendapatkan sakramen
perminyakan saat sakitnya semakin berat, untuk menjadi bekal menghadap Allah. Bahkan
banyak juga yang tidak bisa didooakan sebagaimana umumnya saat pemakaman.
Sungguh suatu kepedihan dan dukacita yang sulit kita bayangkan sebelum pandemi ini datang.
Siang
itu sungguh ada kepedihan dan kedukaan yang tiba – tiba menusuk jantung. Melihat orang – orang sedang mencari cinta
mereka yang hilang, pergi dan tak akan pernah kembali lagi untuk selamanya.
Di
pemakaman blok muslim, beberapa kelompok orang berjalan di antara nisan – nisan
kayu. Mereka terus mencermati nama – nama di papan nisan kayu itu. Ada yang berlima namun tidak terlihat lelaki
satu pun, saya menduga mereka kehilangan ayah, suami mungkin juga kakek. Ada
juga seorang ibu dengan dua anak yang digandengnya. Di Tangannya menggenggam
plastik transparan dengan bunga tabur warna warni di dalamnya. Saya menduga mereka kehilangan ayah juga
suami yang dicintainya.
Saya
melemparkan pandangan di blok Kristen Katolik yang relatif sepi. Hanya terlihat
dua rombongan yang berada di sana. Salah satunya seorang ibu setengah baya dan
gadis kecil mungkin masih belum genap 12 an tahun. Mereka terlihat menaburkan bunga dan minyak
wangi. Wajahnya terlihat sagnat berduka.
Pemandangan yang memilukan. Tiba – tiba oksigen di paru – paru ku terasa menghilang. Sesak rasanya!
“Ya
begitu pak … banyak kan saat pemakaman keluarganya yang tidak bisa ikut.” Hari – hari ini dan seterusnya … di Buniayu
ini, para pencari cinta itu terus hadir. Mereka berusaha sebisa apa yang mereka
lakukan, untuk menemukan kembali cintanya yang hilang. Walaupun mereka juga
pasti tahu, keluarganya tak akan pernah kembali karena ajal telah memisahkan
mereka. Namun dengan melihat dan merawat pusaranya, cinta itu akan tetap
terhubung dan terjaga, lalu bahagia dan sukacita dalam bentuk yang lain akan
mereka dapatkan sebagai buahnya.
Di
sini … di Buniayu … Para pencari cinta itu hadir memberi kesaksian bahwa maut
tidak akan pernah bisa mengalahkan cinta,
walaupun maut telah memisahkan mereka.
_Fidirikus Tri Hatmoko
(Pustakawan SMA TGS)_
-
there are no comments yet