Article Detail
Ayo, Makan Makanan dari Bahan Pangan Lokal!
Ayo, Makan Makanan dari Bahan Pangan Lokal!

Foto: Makanan yang mulai berkurang jumlahnya, menunjukkan tentang makna Hari Pangan Sedunia dalam menghargai suatu makanan yang harus dihabiskan.
Senin, 28 Oktober 2013 | Penulis & Reporter: Laurensia Felise dan Clarista Yovinka (XA) | Fotografer: Genesius Reiner (XA)
Gading Serpong, Tangerang – Keramaian mulai memadati lokasi Festival Makanan Tradisional di selasar lapangan depan SMA Tarakanita Gading Serpong pada pukul 11.00 WIB pada Senin (28/10) yang diikuti oleh siswa-siswi, guru-guru, dan para juri dari alumni SMA Tarakanita Gading Serpong. Acara ini diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia yang jatuh pada tanggal 28 Oktober 2013 – yang bersamaan dengan perayaan Hari Sumpah Pemuda dan Bulan Bahasa - dengan tema “Makin Beriman, Makin Bersaudara, Makin Berbela Rasa melalui Pangan Sehat”.
Setelah mengikuti upacara Hari Sumpah Pemuda dan seminar hidup sehat, 3 orang perwakilan kelas sudah diinstruksikan untuk turun ke lokasi acara untuk menyiapkan makanannya masing-masing. Jadi, sudah terdapat stand-stand makanan dari kelas XA sampai kelas XII IPS 3 serta stand khusus guru dan alumni yang berbaris menyamping untuk menyajikan hasil olahan bahan pangan yang sebelumya sudah dipilih oleh setiap kelas, yang tentunya berbeda antara satu dengan yang lain. Hasilnya, ada sekitar 20 jenis makanan tradisional yang diolah dari sekitar 17 jenis bahan pangan selain nasi yang dibuat oleh siswa dan guru.
Ada beberapa makanan tradisional yang disajikan, seperti Bola Singkong Manis (XA), Colenak (XB), Jamur Goreng (XD), Kue Pisang (XI IPA 1), Puding Cente (XII IPS 2), dan masih banyak lagi. Tapi, ada satu hidangan yang menarik perhatian, yaitu Colenak. “Colenak adalah tape yang dimakan bersamaan dengan kelapa yang dicampur dengan gula merah,” ujar Merri, salah satu perwakilan kelas XB.
Acara ini disambut cukup meriah oleh siswa-siswi, guru-guru, serta para juri dari alumni SMA Tarakanita Gading Serpong, meskipun pada saat acara hujan mulai turun. Menurut Adit, Ketua OSIS 2013/2014, acara ini bagus dan meriah. “Namun, sistem penilaiannya kurang teratur karena dinilai dari kelas XII baru kelas X,” jelasnya.
Kesan yang sama juga dirasakan oleh Marcel, salah satu perwakilan kelas XC yang bertugas dalam stand kelasnya. “Acara ini menyenangkan, karena adanya kerjasama dan membangun kekeluargaan antar siswa-siswinya. Saya juga sangat antusias untuk acara ini apabila acara ini juga akan diadakan tahun depan, harapannya acara ini bisa lebih baik dan lebih dikembangkan lagi,” katanya. Menurutnya juga, salah satu kekurangan dari acara ini adalah kurangnya kebersihan di sekitar area festival.
Bagaimana dengan komentar guru yang berpatisipasi dalam acara ini? Ini kata Ms. Hayu, guru B.Inggris dan partisipan untuk stand guru. “Bagus, karena acara ini memperkenalkan siswa tentang makanan tradisional yang bahannya bukan nasi.” Kalau positif-negatifnya acara ini, dia hanya berkata, “Setiap acara pasti ada positif dan negatifnya. Positifnya, dapat mengakrabkan setiap siswa dari semua angkatan, dapat menetahui jenis-jenis makanan pokok, dan belajar menghargai makanan – setiap makanan yang diambil harus dihabiskan.”
Lalu, apakah Ibu ingin acara seperti ini diselenggarakan kembali di tahun berikutnya, dan apa harapannya? “Boleh kalau ingn diselenggarakan di tahun berikutnya, tapi perlu dimodifikasi tanpa mengubah tujuannya yaitu untuk mengenalkan makanan tradisional. Resolusinya, acara seperti ini tapi dikemas dalam bentuk lain,” tuturnya.
-
there are no comments yet