Article Detail
Ke Museum Pos, Mengajak Siswa Mensyukuri Teknologi Masa Kini
Ke Museum Pos, Mengajak Siswa Mensyukuri Teknologi Masa Kini.

Usai bergelut dengan sejarah peradaban, dari manusia purba, hewan purba, sejarah peradaban bumi, kekayaan alam dan alam dengan keramahan dan juga kedasyatannya saat ‘mengamuk’ hampir satu jam, para siswa beriring menyeberang jalan menuju ke Musem pos yang berada kurang lebih 500 meter dari Museum Geologi.
Melintas Taman Lansia yang sejuk dan asri, dengan pohon – pohon yang tinggi menjulang , para siswa menuju Museum pos. Jalan Cilaki yang lebih sempit dan terasa sesak, pintu gerbang yang tidak seluas museum Geologi, menjadikan rasa dan suasana yang berbeda.
Para siswa ini mungkin sekali asing dengan benda – benda yang menjadi koleksi museum pos. Apa fungsinya dan apa pentingnya benda – benda itu? Ya … mereka adalah generasi yang lahir dan tumbuh di era internet generasi kedua.
Mengajak membayangkan seperti apa bentuk komunikasi dimasa lalu pun pasti tidak mudah. Internet belum ada, telepon kabel maupun telepon selular belum ada. Terus bagaimana masyarakat bisa berkomunikasi? Bagaimana orang yang berlainan kota atau bahkan berlainan negara harus berkomunikasi? Nah inilah pentingnya bagi mereka datang, melihat dan belajar tentang berbagai benda bersejarah yang telah berjasa menjadi jembatan penghubung antar manusia. Selain alat, tentu insan – insan pos berandil besar dalam hal ini. Diorama yang berada di ruang depan menggambarkan hal itu.
Masuk melewati deretan mobil yang diparkir di sisi jalan masuk yang pas – passan, para siswa menaiki tangga besi menuju ke lantai dua, di mana pintu masuk berada. Petugas telah menyambut siswa di gerbang yang sedikit suram. Setelah mendapat penjelasan para siswa dipersilahkan masuk.
Jalan masuk museum langsung menukik tajam. Menuruni tangga dengan udara dingin masa lalu. Suasana museum terasa kuat. Deretan sepeda kuno, alat transportasi andalan bapak – bapak pos berjajar rapi, di sebelahnya sebuah diorama seorang petugas pos, sedang dikerubungi masyarakat yang sepertinya sudah lama menunggu kedatangannya di samping kantor kelurahan. Wajah – wajah diorama dengan pakaian masa lalu, membuat aura yang sedikit tidak enak. Beberapa siswa berkomentar seram.
Berbelok kesebelah kanan, dengan pintu melengkung, di dinding berjajar rapi koleksi perangko dari berbagai negara. Di tempel pada papan berlapis kaca berukuran 100 x 60 cm, dijajar tegak rapi. Selanjutnya ruangan – ruangan yang lain menyimpan berbagai koleksi, mulai dari surat – surat emas para raja, kotak pos dari sejak era pra kemerdekaan, berbagai bentuk topi kebanggaan bapak – bapak petugas pos dan lain – lainnya.

Seorang siswa mengamati kotak pos dari berbagai jaman. Mencoba memahami apa pentingnya alat – alat ini.
Para siswa serius memperhatikan berbagai koleksi, sambil memikirkan lembar kerja yang harus diselesaikan. Mungkin sekali sambil mereka – reka, bagaimana benda – benda semacam ini menjadi begitu penting dan berharga di masa lalu.
-
there are no comments yet