Article Detail
Meriahnya Peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi.
Meriahnya Peringatan Hari Kartini dan Hari Bumi.
Meriah, seru dan penuh makna. Itulah sekilas perayaan hari Kartini dan hari Bumi di sekolah kemarin (22/4/2013). Rangkain kegiatan di awali dengan upacara bendera. Istimewanya seluruh petugas, adalah perempuan. Seragamnya pun khusus pula, kebaya dipadu dengan kain batik. Para ibu guru juga tak mau ketinggalan, mereka berkebaya juga.
Sebelum upacara ditutup, para siswa menyuguhkan Tarian Bumi. Tarian bumi ini mengajak kita semua untuk bersama – sama bergandengan tangan menjaga dan merawat bumi dengan sungguh – sungguh demi seluruh makluk.
Tarian diawali dengan empat orang siswa, dengan dada telanjang dan memakai kain batik mengangkat replika bumi. Replika bumi ini berdiameter kurang lebih satu setengah meter, dibuat dari barang – barang bekas. Antara lain koran, bungkus air minum dan juga beberapa bungkus barang konsumsi lainnya.
Tentang replika bumi ini memiliki cerita tersendiri dalam usaha pembuatannya. Replika bumi ini dibuat atas kerja keras antara siswa dan guru. Ukurannya yang cukup besar, ternyata membuat kesulitan tersendiri, agar tetap kokoh namun bentuk bulatnya tetap dapat terjaga saat diangkat. Sempat terjadi kebingungan rangka apa yang akan digunakan. Namun akhirnya, dipilih pipa pralon dan rotan. Pralon dirasa cukup ringan dan mudah untuk disambung dan dilubangi dengan rapi. Sementara rotan, cukup elastis untuk dibentuk namun tetap kuat dan tidak mudah patah. Berhari – hari para siswa mengerjakan ini. Bahkan dihari liburpun mereka harus masuk agar replika ini dapat selesai. Sebuah usaha keras dan kekompakan yang layak untuk diapresiasi secara khusus.
Replika masuk ke ‘panggung’ upacara diiringi alunan gending kebogiro, yang membangun suasa gembira dan penuh harapan. Itulah bumi pada awalnya. Subur makmur, nyaman, aman dan menyediakan seluruh kebutuhan hidup manusia. Lalu datanglah para perusak. Mereka dengan berbagai polah tingkahnya menghancurkan bumi. Penebangan pohon tanpa batas, tanah dikeruk untuk tambang dan lain – lainnya. Mereka tak peduli lagi akan bumi. Lalu sekejap, bumi yang mesejahterakan penghuninya itu, berubah jadi petaka. Kesengsaraan manusia terjadi di mana – mana. Kelaparan dan penyakit menyerang. Di saat seperti itu, datanglah para dewi dari khayangan menyelematakan manusia. Berpakaian indah dan berselendang keemasan mereka datang dan menyadarkan kembali manusia untuk mencintai dan merawat bumi. Manusia digerakkan untuk bergandengan tangan, bersatu untuk kembali memulihkan, menjaga dan melestarikan bumi demi seluruh makhluk. Itulah pesan utamanya.
Upacara pun ditutup. Acara hari itu dilanjutkan dengan berbagai perlombaan, antara lain lomba orasi bagi para siswi, lomba yel – yel untuk hari bumi, lomba lukis dan juga fotografi. Liputan tentang hari Kartini dan hari Bumi, juga lomba – lomba yang diadakan bisa juga dibaca di sini.
Berikut Foto – Foto saat teman – teman membuat replika bumi.
Baca juga :
Uniknya Petugas Upacara Dengan Kebaya.
Beberapa Foto dari Ruang Rias.
-
there are no comments yet