Article Detail

Melalui Teladan Bunda Elisabeth Siap Memanggul Salib

Hari Jumat, 3 Januari 2024 menjadi hari ke 2 dilaksanakannya kegiatan Retret Guru dan Karyawan Tarakanita Blok Gading Serpong. Kegiatan diawali dengan meditasi yang dipandu oleh Romo Agustinus Sunaryo, SVD.Renungan pagi kali ini mengangkat tema “Global : Tantangan Hidupku Dewasa ini”. Zaman global ini banyak yang tidak mau bertemu dengan Tuhan. Mereka dapat disebut egois terhadap Tuhan. Egois kepada Tuhan akan diikuti oleh egois kepada sesama. Hidup manusia semestinya beralur, kita harus dekat dengan Tuhan mendapatkan harta rohani maka duniawi akan mengikuti. Apabila duniawi diutamakan maka yang ada hanya ada letih lesu dan berbeban berat dan juga hidup kehilangan spirit. (Matius 11:28a). Maka, kita diajak untuk menomor satukan dan melibatkan Tuhan dalam setiap pekerjaan.

Kemudian setelah sarapan pagi dilanjutkan dengan sesi oleh Romo Sunaryo yang mengangkat tema Mata Air Sumber Kehidupan Belajar dari Bunda Elisabeth. Dalam sesi ini kita diajak untuk meneladani hidup Bunda Elisabeth dalam menghadapi tantangan hidup. Bunda Elisabeth diibaratkan seperti mata air kehidupan. Nilai-nilai keutamaan hidupnya dapat kita teladan layaknya mata air kehidupan untuk kita dapat menghadapi tantangan hidup kita. Kunci keberhasilan hidup Bunda Elisabeth dalam mengatasi tantangan ialah banyak berdoa dan bertahan dalam penderitaan. Melalui berkat doa yang berkanjang dan dengan kepercayaan kepada Allah, maka segala-galanya dapat diatasi. Tidak hanya itu, kita juga dapat meneladani sikap kebijaksanaan Bunda Elisabeth, “Bila kita menghadapi orang yang licik dan licin kita seharusnya memperlakukan mereka dengan sangat adil dan jujur, agar dapat mengarahkan mereka kepada Allah.” Kunci keberhasilan hidup Bunda Elisabeth dalam mengatasi tantangan ialah banyak berdoa dan bertahan dalam penderitaan. Senjata rohani Bunda Elisabeth adalah “Arus air yang kuat tak akan memutuskan cinta (kepada Allah) lebih kuat daripada kepada sesama.”

Peran kita sebagai seorang pendidik, kita harus mampu mengikuti arus pendidikan yang tidak lepas dari pengaruh globalisasi. Dunia pendidikan harus berkembang sejalan dengan globalisasi yang kemudian menjadikan para pendidik “haus” metode pembelajaran (materi, cara, mental, dsb). Adanya arus globalisasi juga menjadi tantangan bagi para pendidik yaitu bagaimana cara mengajar peserta didik yang imannya telah tergerus oleh tawaran duniawi. Hal ini menjadi masalah dasar yang harus dihadapi oleh para pendidik. Para pendidik harus memiliki modal untuk selalu percaya kepada Tuhan seperti yang dilakukan oleh Bunda Elisabeth dalam menghadapi segala macam tantangan dan ujian.


Tujuan panggilan “ku” dan “mu” agar karyaku dapat berbuah. Makna berbuah adalah belajar untuk tinggal dalam Dia, maka akan berbuah. “Tinggal dalam Dia” adalah seperti perumpamaan pokok anggur dan rantingnya-rantingnya. Kita adalah “ranting-ranting” Kristus. Sebagai umat beriman Katolik, kita hendaknya menghidupi dan menghayati kesatuan yang erat dengan “pokok anggur”. Hendaknya kita senantiasa mengupayakan kebaikan-kebaikan yang berguna bagi orang-orang di sekitar kita dengan menjaga relasi dengan sesama. Cara konkrit untuk bisa menjadi ranting-ranting Kristus adalah dengan memberi dan menerima serta mewujudkan semangat solidaritas (sehati dan sejiwa).

Setelah memaknai teladan dari Bunda Elisabeth, peserta Retret bermain games di luar ruangan. Peserta dibagi ke dalam 10 kelompok secara acak dan bermain 7 games yang didampingi oleh fasilitator khusus. Melalui permainan yang diikuti oleh peserta, mereka dapat saling membantu, mendukung, dan berjuang untuk mencapai tujuan bersama. Sama halnya dengan bekerja peserta harus saling bahu membahu untuk mencapai suatu tujuan dan tentunya kebahagiaan menyertai para peserta retret.


Kegiatan di luar ruangan tidak berhenti disitu saja, setelah bermain dan bergembira bersama dengan games, peserta kemudian diajak untuk berkeliling sekitar Giri Kembang untuk belajar makna kehidupan dari orang-orang di sekitar. Setiap kelompok wawancara satu narasumber dengan berbagai latar belakang pekerjaan dan cerita hidup. Dari hasil wawancara yang dilakukan, diharapkan dapat menjadi penyemangat setiap individu untuk terus bersyukur, memaknai hidup, dan terus berjuang dalam hidup. Kegiatan ini menghasilkan produk berupa mini vlog yang ditonton bersama saat malam kreasi.


Waktu menunjukkan pukul 16.00 WIB, peserta retret kembali mengikuti sesi di dalam ruangan bersama Romo Sunaryo. Sesi kali ini mengangkat tema Yesus yang Tersalib dalam Relasi dengan Sesama Manusia dan Alam Semesta. Wafat di salib merupakan puncak kasihNya. Yesus sendiri memiliki misi dalam penyelamatan umat manusia yaitu Jumat Agung, melalui salib, dan kebangkitan. Jumat Agung merupakan misi penyelamatan dimana Yesus diutus untuk menyelamatkan manusia yang hilang. Misi penyelamatan yang dimaksud ialah perbuatan yang didasari oleh gerakan yang berasal dari hati. Wujud dari misi penyelamatan yaitu Allah yang mahamurah hati dan berbelas kasih serta sepenuh hati. Salib tidak hanya menjadi arti penderitaan dan kematian namun juga sebagai tanda datangnya keselamatan. Yesus harus menderita demi keselamatan. Kehilangan kehidupan dunia, tetapi diubahnya menjadi kehidupan kekal. Menandaskan Yesus berjalan bersama manusia [Matius 11:28a].

             Selanjutnya 10 kelompok menampilkan video hasil wawancara dan juga menampilkan performance kelompok masing-masing. Kekompakan dan kreativitas masing-masing ditampilkan dengan apik dan dikemas dengan menarik. Seluruh peserta maupun fasilitator menikmati malam kreasi dengan penuh semangat dan sukacita. Setelah seluruh kelompok tampil dalam malam kreasi, kegiatan ditutup dengan doa penutup oleh Romo Naryo dan seluruh peserta kembali ke kamar masing-masing untuk beristirahat.

 

Tiara Prabawati Kusuma & Margareta Dinda Ayuningtyas

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment